Senin, 13 Desember 2010

Bahaya, Berlaptop di Atas Paha Anda

Selasa, 05 Oktober 2010, 15:30 WIB


Sebaiknya, beri antara tahan panas antara laptop dan paha Anda.
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS--Apakah Anda pernah bekerja dengan laptop Anda di pangkuan Anda? Jika demikian, Anda mungkin ingin memikirkan kembali kebiasaan tersebut.

Para pakar kesehatan kulit di Siwss menyebutkan, kebiasaan ini bisa menyebabkan apa yang disebut sebagai "sindrom kulit terpanggang," yaitu kondisi kulit yang tidak biasa tampak berbintik-bintik yang disebabkan oleh paparan panas jangka panjang.

Dalam satu kasus baru-baru ini, seorang anak 12 tahun mengalami perubahan warna kulit menjadi belang-belang di paha kirinya setelah bermain game komputer beberapa jam setiap hari selama beberapa bulan.

"Dia mengakui bahwa laptop menghasilkan panas di sisi kiri, dan terlepas dari itu, ia tidak mengubah posisinya," lapor para peneliti Swiss dalam sebuah artikel yang dipublikasikan Senin dalam jurnal Pediatrics.

Kasus lainnya melibatkan seorang mahasiswa Virginia yang mencari pengobatan untuk perubahan warna belang-belang di kakinya. Dr Kimberley Salkey, yang menanganinya, menyebutkan pasiennya itu biasa menghabiskan waktu sekitar enam jam sehari bekerja dengan komputer yang bersandar di pangkuannya. "Suhu bawah tanpa disadari bisa mencapai 125 derajat," ujarnya.

Kasus itu, sebetulnya mulai terendus sejak tahun 2007. Salah satu dari 10 kasus yang berhubungan dengan laptop dilaporkan di jurnal medis dalam enam tahun terakhir.

Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh terlalu sering menggunakan bantalan pemanas dan sumber panas lain yang biasanya tidak cukup panas untuk menyebabkan luka bakar. Ini umumnya tidak berbahaya tetapi bisa menyebabkan penggelapan kulit permanen. Dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan kerusakan yang mengarah ke kanker kulit, kata para peneliti Swiss, Dr Andreas Arnold dan Peter Itin dari University Hospital Basel. Mereka tidak menemukan kasus kanker kulit dihubungkan dengan menggunakan laptop. Namun mereka menyarankan cara aman menggunakan laptop di bangkuan, yaitu dengan menempatkan tas atau perisai panas lainnya di bawah laptop jika Anda harus menggunakannya di pangkuan Anda.

Salkey, asisten profesor dermatologi di Eastern Virginia Medical School, mengatakan bahwa di bawah mikroskop, menyerupai kulit yang terkena kulit yang rusak oleh paparan sinar matahari jangka panjang. Produsen utama termasuk Apple, Hewlett Packard dan Dell memperingatkan dalam buku petunjuk untuk tidak menempatkan laptop di pangkuan atau kulit yang terbuka untuk waktu yang lama karena risiko untuk luka bakar.

Sebuah laporan medis beberapa tahun lalu menemukan bahwa pria yang menggunakan laptop di pangkuan mereka menyebabkan suhu skrotum tinggi. Jika berkepanjangan, hal semacam panas dapat menurunkan produksi sperma, yang berpotensi dapat menyebabkan kemandulan. Namun penelitian shahih tentang hal ini belum dikonfirmasi.
Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: AP

Taken from Republika online.

♥ Kavita, Putri Keluarga Hindu Ekstrim yang Masuk Islam ♥

Kavita lahir dari keluarga Hindu yang taat. Keluarganya adalah anggota Shiv Sena, sebuah organisasi pemeluk agama Hindu di India yang dikenal ekstrim dan radikal. Tak heran jika Kavita sama sekali tidak mengenal agama Islam, bahkan ibadah wajib kaum Muslimin yang disebut salat pun ia tidak tahu, sampai akhirnya ia menjadi seorang muslim dan ibadah salatlah yang membuatnya mencintai Islam.

Setelah memeluk Islam, ia mengubah namanya menjadi Nur Fatima. Kisahnya menjadi seorang muslim, melalui jalan panjang dan berliku. "Saya lahir dan menikah di Mumbai, India. Usia saya 30 tahun, tapi saya masih merasa seperti anak yang masih berusia lima tahun, karena pengetahuan saya tentang Islam masih sedikit, tidak lebih dari pengetahuan yang dimiliki anak usia lima tahun," kata Kavita atau Nur Fatima yang menyandang gelar master dari Universitas Cambrigde ini.

"Saya menyesal, karena selama ini saya cuma mengejar gelar kesarjanaan di dunia , tapi tidak melakukan apapun untuk kehidupan di akhirat kelak. Sekarang, saya ingin melakukan sesuatu untuk kehidupan di Hari Akhir nanti," ujar Nur Fatima yang dianugerahi dua putra ini.

Ditanya tentang bagaimana awalnya ia memilih menjadi seorang muslim, Nur Fatima menjawab dengan mengungkapkan rasa syukurnya pada Allah Swt. "Pertama kali, saya ingin mengucapkan syukur pada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Ketika Allah Swt. berkehendak, Ia akan memberikan pemahaman pada seseorang tentang agama Islam," tuturnya.

"Saya tumbuh di lingkungan orang-orang Hindu ekstrim yang sangat membenci orang-orang Islam. Saya memeluk Islam setelah menikah, tapi sejak remaja saya tidak senang dengan penyembahan terhadap patung-patung ..."

"Saya ingat, dulu pernah menaruh sebuah patung sesembahan ke dalam ruang untuk mencuci di rumah. Kakak saya menegur perbuatan itu dan saya menjawab, jika patung itu tidak bisa melindungi dirinya sendiri, lalu mengapa kita meminta perlindungan darinya? Apa yang diberikan patung itu pada kita?," kisah Nur Fatima mengingat masa kecilnya.

Ia mengatakan bahwa dalam keluarganya ada ritual dimana seorang anak perempuan, ketika menikah, harus mencuci kaki suaminya dan meminum air cuci kaki itu. Nur Fatima sejak awal menolak keras tradisi itu dan karenanya ia sering kena tegur keluarganya.

Sejak tinggal sendiri karena sekolah di luar negeri, Nur Fatima pernah sesekali mengunjungi sebuah Islamic Center. Dari pembicaraan yang sering ia dengar, ia jadi tahu bahwa kaum Muslimin tidak menyembah patung atau berhala tapi hanya menyembah apa yang kemudian ia ketahui disebut "Allah" Swt oleh kaum Muslimin.

Nur Fatima mengatakan bahwa ibadah salat yang membuatnya sangat terkesan dengan orang-orang Islam. "Awalnya saya tidak tahu bahwa ibadah yang mereka lakukan itu disebut salat. Tadinya saya pikir, mereka melakukan sejenis latihan kebugaran. Saya tahu ibadah yang mereka lakukan disebut salat ketika saya berkunjung ke Islamic Center itu," ujar Nur Fatima yang mengaku, sejak itu ia sering bermimpi berada di dalam sebuah ruangan empat dimensi, namun ia tidak tahu apa makna mimpi itu.

Setelah menikah dan menetap di Bahrain, Nur Fatima banyak belajar tentang Islam, apalagi lingkungannya adalah kaum Muslimin. Ia sering mengunjungi kenalan-kenalannya yang muslim. Pernah pada bulan Ramadan, sahabat muslimnya meminta Nur Fatima untuk tidak sering berkunjung karena sahabatnya itu merasa terganggu dengan kedatangan Fatima. Tapi Fatima meminta agar temannya itu tidak melarangnya datang ke rumah karena sebagai seorang yang baru masuk Islam, ia ingin mengamati apa saja yang dilakukan seorang muslim pada saat bulan Ramadan.

Sahabatnya lalu memperkenankan Fatima berkunjung selama bulan Ramadan, dan dari kunjungannya itu Fatima mengamati bagaimana sahabatnya salat dan membaca Al-Quran. Diam-diam, Fatima mengikuti gerakan salat meski saat itu ia tidak banyak tahu tentang salat dan bacaannya. Ia mengunci kamarnya saat melakukan semua itu. Tapi suatu ketika, ia lupa mengunci kamarnya dan suaminya menyaksikan apa yang dilakukan Fatima. Fatima tahu suaminya akan marah, awalnya ia merasa takut untuk menjelaskan, tapi akhirnya ia mendapatkan keberanian, entah darimana, untuk mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam dan yang ia lakukan adalah salat, kewajiban sebagai seorang muslim.

Suami Fatima murka mendengarnya, begitu pula saudara perempuan Fatima saat mendengar bahwa Fatima sudah menjadi seorang muslim. Keduanya memukuli Fatima sampai babak belur.

Setelah kejadian itu, Fatima tidak boleh menemuai siap pun dan ia dikunci di dalam kamar. Ketika itu, Fatima belum resmi menjadi seorang muslim, ia sendiri heran mengapa ia berani dengan tegas mengatakan bahwa ia sudah masuk Islam pada suaminya.

Suatu malam, putera tertua Fatima yang masih berusia 9 tahun masuk ke kamarnya dan menangis. Anak lelakinya itu meminta ibunya untuk melarikan diri dari rumah, karena keluarga mereka berniat membunuh Fatima karena mengaku sudah masuk Islam.

"Saya tidak bisa melupakan momen yang berat itu ketika anak lelaki pertama saya membangunkan adiknya dan mengatakan, 'Bangun, mama akan pergi. Temuilah mama sekarang, karena tak ada yang tahu apakah mama akan bertemu kita lagi atau tidak'," kata Fatima.

"Anak kedua saya baru menemuai saya beberapa hari kemudian, ia bertanya apakah saya akan pergi dan saya cuma bisa mengangguk. Saya yakinkan dia bahwa kita akan bertemu lagi," sambung Fatima.

Di tengah malam gelap dan dingin, Fatima meninggalkan rumah dengan membawa dua cinta dalam hatinya. Cinta terhadap kedua puteranya dan cintanya pada Islam.

Fatima menuju sebuah kantor polisi. Beruntung, ada seorang petugas polisi yang mengerti bahasa Inggris. Setelah meminta istirahat sebentar, pada petugas polisi itu mengatakan bahwa ia pergi dari rumah karena ingin masuk Islam. Petugas polisi itu kemudian membantu Fatima dan memberikan tempat berlindung sementara di rumahnya. Fatima menolak untuk kembali pulang, ketika keesokan harinya suaminya datang ke kantor polisi dan mengatakan bahwa isterinya telah diculik.

Petugas polisi itu kemudian membawa Fatima ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena luka-luka yang dialaminya akibat pemyiksaan yang dilakukan suami Fatima. Setelah luka-lukanya sembuh, Fatima langsung mengunjungi sebuah Islamic Center terdekat. Di Islamic Center itu, ia melihat sebuah gambar tergantung di dinding. Saat itulah ia menyadari bahwa gambar itulah yang pernah hadir dalam mimpi-mimpinya. Seorang petugas Islamic Center mengatakan bahwa gambar itu adalah gambar Ka'bah.

Di Islamic Center itulah ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan Nur Fatima diangkat anak oleh pemilik Islamic Center itu. Ia kemudian dinikahkan dengan seorang lelaki muslim. Impiannya setelah resmi menjadi seorang muslim ketika itu adalah, segera pergi ke Baitullah dan menunaikan rukun Islam yang kelima. (ln/cti/isw/EM)